Banyak mahasiswa FIK yag mengeluh kesulitan Literatur. Setelah
saya telusuri, sebenarnya bukan literatur yang kurang, tetapi karena
tidak tahu mencarinya dimana. Percayalah, dalam dunia penelitian dimana
hal paling anehpun bisa diteliti, literature tentang apapun bisa dicari,
ditambah dengan fasilitas internet yang membuat kita bisa men-download
artikel, buku, jurnal, apa saja secara gratis,… jadi whats’s the
problem ? Problemnya cuma … bagaimana cara mencarinya .
Berikut beberapa tips praktis untuk mencari literatur atau referensi.
Tips ini pernah dan beberapa diantaranya sering saya gunakan, dan saya
memperoleh tips-tips ini secara otodidak. Saya membaginya disini karena
siapa tahu bermanfaat untuk anda, mahasiswa FIK atau mahasiswa lain yang
sedang skripsi,… silahkan dicoba dan dibuktikan. ..
Jurus 1. Pakai kata kunci sebagai kompas.
Mencari literatur/referensi ibarat kita menjelajah hutan belantara
tak dikenal. Nah, pertama-tama supaya tidak kesasar, kita harus punya
kompas. Kompas ini yang akan menuntun kita supaya tidak kesasar di hutan
belantara. Kompas itu adalah kata kunci dalam Rumusan masalah, Tujuan
penelitian atau hipotesis penelitian kita. Misalnya kalau anda meneliti
tentang Kecemasan dalam olahraga, gunakan kata “kecemasan” dan “olahraga”
sebagai penuntun anda dalam mencari literatur. Persempit pencarian
hanya dengan mencari kata-kata kunci yang dibutuhkan (atau sekiranya
berhubungan dalam penelitian. Misalnya, dari contoh Kecemasan tadi, kita
juga
bisa mencari literatur dengan kata kunci “respon fisiologis kecemasan”, “teori kecemasan dalam olahraga”, “penyebab kecemasan dalam olahraga”,”dampak
kecemasan dalam olaharaga”…. Dan sebagainya. Jadi jangan sampai
tersesat di dunia maya atau di buku literatur Inggris… cukup cari yang
anda butuhkan saja .
Apabila anda mencari di internet, agar lebih efisien saat bertanya
(browsing) lewat mbah Google, gunakan menu “Advanced search” yang ada di
pojok kiri bawah. Isi tahun, bahasa, format file, negara, sesuai
kebutuhan anda. Biasanya litreatur jurnal dan e-book berbentuk pdf, jadi
anda tinggal memilih opsi pdf di format.
Catatan: Kalau mencari di Internet, jangan menggunakan Wikipedia atau
blog yang nggak jelas sumbernya. Lupakan, tulisan kamu pasti akan
ditolak dosen pembimbing. Berikut ada beberapa link open journal bidang
ilmu olahraga yang bisa diakses secara bebas, gratis, dan fulltext.
Jurus 2. Gunakan “peta” di dalam buku (Daftar Isi, Index dan Glossary).
Ini jurus “potong kompas” lain untuk mengefisienkan waktu dan tenaga
anda dalam mencari kata kunci. Setiap buku pasti punya daftar isi. Nah,
daripada membaca dari bab I, langsung saja anda lihat di daftar isi bab
berapa yang membahas kata kunci itu tadi. Misalnya kalau saya meneliti
kecemasan dalam olahraga, saya akan membuka halaman daftar isi, kemudian
melihat bab yang berhubungan dengan kecemasan halaman berapa, lalu
segera buka halaman itu.
Cara lain yang bahkan lebih efektif adalah menggunakan
Index (atau Indeks, dalam bahasa Indonesia). Apa itu Index? Index
adalah kumpulan istilah yang tercantum dalam buku tersebut berikut
nomor halaman yang mencantumkan istilah tersebut. Index biasanya
terdapat di halaman belakang buku, tercantum secara alfabetis dari A-Z.
Misalnya, kalau kita mencari istilah Anxiety (kecemasan), kita
tinggal lihat di Index halaman berapa saja yang mencantumkan istilah
itu, lalu tinggal meluncur saja ke halaman yg ditunjukkan index.
Umumnya buku berbahasa Indonesia jarang mencantumkan Index, tetapi kalau
buku bahasa Inggris pasti ada Index-nya.
Kebanyakan mahasiswa memang ketakutan dengan literature buku tebal
(apalagi yang berbahasa Inggris)… tapi takutnya kan karena tidak
terbiasa dan karena tebalnya itu. Daftar isi dan Index adalah sebuah
peta untuk mencari kata kunci yang kita cari…. Dan kalau kita sudah tahu
petanya, jangan takut pusing atau kesasar, toh buku tebal bahkan yang
berbahasa Inggris tidak akan menggigit …
Jurus 3. Jadilah detektif; telusuri satu petunjuk ke petunjuk lainnya
Untuk memecahkan kasus, seorang detektif akan menelusuri satu
petunjuk ke petunjuk lainnya. Sama juga dengan mencari literatur. Kalau
kita tidak tahu bagaimana mencari literaturnya, kemana harus pergi dan
ngapain, maka jadilah seorang detektif.
Carilah skripsi atau jurnal penelitian yang berkaitan dengan
penelitian anda, kemudian selalu perhatikan kutipan. Misalnya, kalau
penelitian kita tentang Kecemasan dan sedang mencari literaturnya, kita
cari kutipan yang berhubungan dengan kecemasan. Misalnya kita temukan di
Kajian Pustaka :
… .. kecemasan berkaitan dengan kepribadian, motivasi dan keteguhan
mental seorang atlit (Sugeng, 2001). Kecemasan juga berkaitan dengan
kedisiplinan dan komitmen (Tati, 2003).
Nah, catat “Sugeng, 2001” dan “Tati, 2003” itu dalam buku catatan
anda. Lalu langsung buka halaman Referensi atau Daftar Pustaka, cari
nama Sugeng, 2001 dan Tati, 2003 disana:
Sugeng, Rahmat. 2001. Psikologi Olahraga dan Pendidikan Jasmani. Bandung; CV Nijar Ilakes
Tati, Wardoyo. 2003. Hubungan antara Tingkat Kecemasan dengan Regulasi Diri pada Atlit Remaja klub Voli Spartan Malang. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang. Skripsi: tidak diterbitkan.
Nah, selanjutnya kita tinggal mencari dua literatur tersebut di
perpustakaan, toko buku, atau internet. Satu tips kalau mencari l
Jurus 4. Jelajahi Wilayah Baru, lintas didiplin ilmu
Terkadangkala, kesulitan mencari literature ditemukan karena topic penelitian kita jarang dilakukan, sehingga kita perlu untuk mencari di ilmu lain (lintas bidang ilmu). Misalnya, ada kasus seorang mahasiswa olahraga meneliti pengaruh latihan aerobic pada glikolisis darah dengan menggunakan mencit (tikus) sebagai eksperimen. Ia kesulitan dengan literaturnya; kemudian ia mencari literature di Fakultas lain, yaitu Fakultas MIPA, Farmasi atau Kedokteran dimana eksperimen dengan tikus banyak dilakukan. Ternyata, di perpustakaan fakultas MIPA ia menemukan banyak skripsi yang mirip yang Kajian Pustakanya bisa digunakan sebagai literatur.
Contoh lain, seorang mahassiwa psikologi yang skripsinya meneliti aspek-aspek psikologis yang berperan dalam memilih program acara TV. Untuk literatur tentang media televisi, ia mencari litretaur di jurusan Ilmu Komunikasi dan Diskomvis (Disain Komunikasi Visual); dan karena analisis statistikanya sangat sulit, ia juga mencari literature di jurusan Statistik, bahkan berkonsultasi dengan dosen statistik. Belum cukup, ia mengirim email ke seorang professor di Perguruan Tinggi lain yang ahli media TV untuk berkonsultasi mengenai penelitiannya.
Wow ! Inilah contoh sikap pantang menyerah. Bahkan dengan mencari literature skripsi saja, kemampuan anda mencari jaringan juga diuji disini.
Jurus 5. Kalau terpojok, pakai sumber kedua
Menggunakan sumber kedua adalah menggunakan buku referensi atau tulisan orang lain yang mengutip literature lain sebelumnya. Contohnya, bila kita meneliti iskripsi tentang kecemasan, kita boleh saja mengutip bab II Tinjauan Pustaka tentang kecemasan dari skripsi orang lain yang topic penelitiannya sama; karena dalam penelitian pasti membutuhkan banyak referensi, peneliti pasti harus membaca banyak buku dan menringkasnya/mengutipnya ke dalam tinjauan pustaka (bab II). Nah, boleh-boleh saja kalau kita mau memebaca dan mengutipnya dalam bab II/Tinjauan pustaka kita, dengan catatan, penulisnya WAJIB dicantumkan. Misalnya kalau dalam Skripsi Tati Wardoyo (tahun 2003) yang meneliti hubungan kecemasan dengan pengelolaan diri, kita boleh mengutipnya dengan ;
…kecemasan adalah suatu state atau kondisi yang dinilai menakutkan atau mengganggu kenyamanan seseorang (Atkinsson, 2000). Ada dua jenis kecemasan, yaitu State anxiety dan Trait Anxienty (Spielberger, 2001).
Jurus 4. Jelajahi Wilayah Baru, lintas didiplin ilmu
Terkadangkala, kesulitan mencari literature ditemukan karena topic penelitian kita jarang dilakukan, sehingga kita perlu untuk mencari di ilmu lain (lintas bidang ilmu). Misalnya, ada kasus seorang mahasiswa olahraga meneliti pengaruh latihan aerobic pada glikolisis darah dengan menggunakan mencit (tikus) sebagai eksperimen. Ia kesulitan dengan literaturnya; kemudian ia mencari literature di Fakultas lain, yaitu Fakultas MIPA, Farmasi atau Kedokteran dimana eksperimen dengan tikus banyak dilakukan. Ternyata, di perpustakaan fakultas MIPA ia menemukan banyak skripsi yang mirip yang Kajian Pustakanya bisa digunakan sebagai literatur.
Contoh lain, seorang mahassiwa psikologi yang skripsinya meneliti aspek-aspek psikologis yang berperan dalam memilih program acara TV. Untuk literatur tentang media televisi, ia mencari litretaur di jurusan Ilmu Komunikasi dan Diskomvis (Disain Komunikasi Visual); dan karena analisis statistikanya sangat sulit, ia juga mencari literature di jurusan Statistik, bahkan berkonsultasi dengan dosen statistik. Belum cukup, ia mengirim email ke seorang professor di Perguruan Tinggi lain yang ahli media TV untuk berkonsultasi mengenai penelitiannya.
Wow ! Inilah contoh sikap pantang menyerah. Bahkan dengan mencari literature skripsi saja, kemampuan anda mencari jaringan juga diuji disini.
Jurus 5. Kalau terpojok, pakai sumber kedua
Menggunakan sumber kedua adalah menggunakan buku referensi atau tulisan orang lain yang mengutip literature lain sebelumnya. Contohnya, bila kita meneliti iskripsi tentang kecemasan, kita boleh saja mengutip bab II Tinjauan Pustaka tentang kecemasan dari skripsi orang lain yang topic penelitiannya sama; karena dalam penelitian pasti membutuhkan banyak referensi, peneliti pasti harus membaca banyak buku dan menringkasnya/mengutipnya ke dalam tinjauan pustaka (bab II). Nah, boleh-boleh saja kalau kita mau memebaca dan mengutipnya dalam bab II/Tinjauan pustaka kita, dengan catatan, penulisnya WAJIB dicantumkan. Misalnya kalau dalam Skripsi Tati Wardoyo (tahun 2003) yang meneliti hubungan kecemasan dengan pengelolaan diri, kita boleh mengutipnya dengan ;
…kecemasan adalah suatu state atau kondisi yang dinilai menakutkan atau mengganggu kenyamanan seseorang (Atkinsson, 2000). Ada dua jenis kecemasan, yaitu State anxiety dan Trait Anxienty (Spielberger, 2001).
Kita boeh saja memepelajari makna kecemasan dari bab II penelitian
itu, kemudian mencantumkannya ke dalam bab II penelitian kita dengan
cara:
…kecemasan adalah suatu state atau kondisi yang dinilai menakutkan atau mengganggu kenyamanan seseorang (Atkinsson, 2000 dalam Wardoyo, 2003). Ada dua jenis kecemasan, yaitu State anxiety dan Trait Anxienty (Spielberger, 2001 dalam Wardoyo, 2003).
…kecemasan adalah suatu state atau kondisi yang dinilai menakutkan atau mengganggu kenyamanan seseorang (Atkinsson, 2000 dalam Wardoyo, 2003). Ada dua jenis kecemasan, yaitu State anxiety dan Trait Anxienty (Spielberger, 2001 dalam Wardoyo, 2003).
Tetapi, tentu saja tidak boleh hanya semata-mata satu sumber
penelitian saja. Yang lebih baik adalah mencantumkan beberapa sumber.
…kecemasan adalah suatu state atau kondisi yang dinilai menakutkan atau mengganggu kenyamanan seseorang (Atkinsson, 2000 dalam Wardoyo, 2003). Dalam olahraga, kecemasan adalah suatu kondisi yang dianggap mengancam dan dapat memepengaruhi penampilan olahraga, namun merupakan satu factor yang harus ada agar atlet memeiliki suatu dorongan untuk berprestasi maksimal demi mempertahankan harga dirinya (Bambang, 1998 dalam Muklis, 2000).
Cara ini menuntut kecermatan kita dalam memilah informasi, tetapi kekurangannya adalah cara ini tidak memberikan kita gambaran jelas mengenai teori yang ingin diulas. Namanya juga sumber kedua, kredibilitasnya masih harus dipertanyakan. Selain itu, resiko hanya menggunakan literature sumber kedua adalah membuat kita terlihat seperti “tidak membaca buku referensi yang sesungguhnya”, alias cuma nunut tulisannya orang lain saja. Padahal, untuk memahami penelitian, kita sebaiknya sangat memahami teori yang berkaitan melalui referensi-referensi. Untuk penelitian S2 dan S3, serta karya yang dipublikasikan ke jurnal, lebih baik menghindari cara ini, karena untuk level penelitian yang lebih tinggi, anda diharuskan benar-benar menguasai konsep melalui sumber pertama.
Anyway, selamat berjuang dengan skripsi dan penelitian anda …! Keep fight !
Mengutip :
http://kursniper.wordpress.com/2013/02/19/5-jurus-mencari-literatur-skripsi/
…kecemasan adalah suatu state atau kondisi yang dinilai menakutkan atau mengganggu kenyamanan seseorang (Atkinsson, 2000 dalam Wardoyo, 2003). Dalam olahraga, kecemasan adalah suatu kondisi yang dianggap mengancam dan dapat memepengaruhi penampilan olahraga, namun merupakan satu factor yang harus ada agar atlet memeiliki suatu dorongan untuk berprestasi maksimal demi mempertahankan harga dirinya (Bambang, 1998 dalam Muklis, 2000).
Cara ini menuntut kecermatan kita dalam memilah informasi, tetapi kekurangannya adalah cara ini tidak memberikan kita gambaran jelas mengenai teori yang ingin diulas. Namanya juga sumber kedua, kredibilitasnya masih harus dipertanyakan. Selain itu, resiko hanya menggunakan literature sumber kedua adalah membuat kita terlihat seperti “tidak membaca buku referensi yang sesungguhnya”, alias cuma nunut tulisannya orang lain saja. Padahal, untuk memahami penelitian, kita sebaiknya sangat memahami teori yang berkaitan melalui referensi-referensi. Untuk penelitian S2 dan S3, serta karya yang dipublikasikan ke jurnal, lebih baik menghindari cara ini, karena untuk level penelitian yang lebih tinggi, anda diharuskan benar-benar menguasai konsep melalui sumber pertama.
Anyway, selamat berjuang dengan skripsi dan penelitian anda …! Keep fight !
Mengutip :
http://kursniper.wordpress.com/2013/02/19/5-jurus-mencari-literatur-skripsi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar